Diberitakan oleh Designboom, ini adalah langkah awal dari rencana 300 gerai yang direncanakan. Padahal, konon di Italia, rasa espresso dan cappuccino-nya sangat jauh berbeda dengan yang disajikan Starbucks. Lalu bagaimana cara Starbucks menarik hati orang Italia yang punya budaya, cara minum, dan standar sendiri soal kopi? Starbucks memilih masuk dengan memanfaatkan kecintaan orang Italia pada desain.
sEMARAK PERAYAAN DI BIJIN NABE
Sebuah restoran Jepang punya konsep Nabe mereka sendiri, dengan kuah kaldu yang khas dan konon berkhasiat. Walau demikian, kita tidak akan membahas tentang makanannya, tapi interiornya yang didesain oleh Yasumichi Morita, Desainer dan pendiri biro desain Glamorous. Biro ini didirikan di Tokyo pada tahun 2000 dan telah mendapat berbagai penghargaan seperti SEGD Global Design Award, A’ Design Award and Competition, Design For Asia Awards, the International Hotel and Property Awards, International Property Awards, The London Lifestyle Awards, the Andrew Martin Interior Designers of the Year Awards, dan banyak lagi. Mari kembali ke restoran ini. Namanya Bijin Nabe.
aDA JIA DI SHANGRI LA
Dulu ada restoran masakan China yang terkenal di hotel Shangri La. Namanya Shang Palace. Kemudian restoran ini direnovasi dan tampil kembali sebagai JIA. Masih dengan masakan China, namun baik menu dan penataan interiornya menjadi lebih kontemporer.
Shangri La menggunakan jasa biro desain asal Jepang, Bond, untuk merancang JIA. “Klien ingin sebuah modern Chinese restaurant yang sajian utamanya Bebek Peking dan Chinese Tea. Untuk memperluas segmen tamu yang datang, kami memberikan sentuhan kasual dan modern,” jelas Akane Kai dari Bond Studio melalui email. Proses desain dan pengerjaannya memakan waktu hingga dua tahun, dari akhir 2014 hingga akhir 2016. “Terjadi pertemuan budaya minum teh dengan budaya minum-minum di cafe. Artinya, kami memadukan budaya Indonesia, China, dan Barat, dengan rasa modern. Kami ingin menghasilkan Chinese restaurant dengan suasana kasual seperti cafe,” tambahnya.