Biro arsitektur Wutopia Lab mengubah dua bangunan tak terpakai di tepi sungai Yongning, di kota Taizhou, Tiongkok, menjadi barisan awan yang turun ke bumi. Mereka tidak menghancurkan atau memberi ‘kosmetik’ pada bangunan tersebut, namun memilih untuk ‘membungkusnya’ untuk menyamarkan tampilan aslinya yang berantakan. Wutopia Lab menggunakan perforated metal berupa panel-panel aluminium putih untuk menghadirkan awan tersebut. Dalam bahasa Tiongkok, kondisi berawan disebut duō yún.

Sepertinya minat baca di Negeri Tirai Bambu masih sangat tinggi. Mereka bahkan merancang gerai fisik semewah ini untuk menarik pengunjung datang ke toko buku, padahal di belahan dunia lain banyak gerai fisik yang harus tutup akibat pandemi berkepanjangan. Proyek ini adalah gerai Duoyun Bookstore pertama yang berdiri di luar Shanghai.
Seperti halnya awan yang bisa menghalangi matahari, panel-panel putih ini juga dirancang untuk menyamarkan bangunan asli. Tingkat perforasi pada panel diatur agar efek samar yang dihasilkan berbeda pada masing-masing bagian bangunan, dibuat secara kontinu untuk supaya efek pengurangan visual tersebut terasa halus, tidak sekonyong-konyong.

Awalnya, para arsitek Wutopia Lab mengusung konsep ‘tersebar dan tidak fokus’ pada lahan. Namun mereka kemudian merancang ulang untuk bisa menampung sejumlah taman kecil serta courtyard untuk menghubungkan bangunan-bangunan menjadi satu komplek. Belum lagi keberadaan dua bangunan milik pribadi di lahan, yang membuat arsitek perlu menambahkan pagar di antara keduanya untuk membedakan halaman depan kecil dari hunian dan pintu masuk toko buku. Courtyard atau taman tengah merupakan salah satu elemen dari arsitektur tradisional Tiongkok, yang dianggap penting untuk dihadirkan pada proyek ini.

Pohon dan tanaman asli yang berada di lahan dibiarkan utuh di halaman, dikelilingi oleh kerikil putih yang terinspirasi pada karya seniman Dinasti Ming, Qiu Ying. Dua bangku taman berbentuk awan berwarna biru dan putih pada area ini dibuat dari hasil daur ulang sampah plastik di laut.

Gerai Duoyun Bookstore ini terdiri dari dua lantai yang dibagi menjadi beberapa zona yang dibedakan dengan pemakaian warna pada interiornya. Di lantai dasar ada bagian yang didedikasikan untuk buku gaya hidup, di susun pada stan segitiga berwarna jingga, tepat berada di sebelah ruang restoran. Meja, kursi, dan tangga yang berada di restoran juga berwarna jingga.
Zona kedua yang berada di lantai dasar adalah zona budaya dan kreatif yang ditandai dengan pemakaian warna biru bensin, yang sebagian orang menilainya lebih dekat ke warna hijau. Warna tersebut diaplikasikan pada rak-rak buku serta rak pajang yang berbentuk piramida, seperti yang ada di zona jingga/gaya hidup.


Di area ini juga terdapat dua ruang baca terpisah serta area ritel utama toko yang mempunyai meja kasir berbentuk segitiga yang terbuat dari akrilik transparan. Langit-langitnya ditutup dengan panel aluminium bergelombang yang berkilau, seolah menghadirkan riak dan kilau langit pada permukaan air sungai ke dalam ruangan toko.
Lantai atas bisa diakses melalui dua tangga yang berada di area berbeda. Satu tangga melingkar berwarna jingga di area restoran/café, serta tangga berlapis panel kayu yang sekaligus menjadi rak pajang untuk koleksi reproduksi buku-buku langka.



Lantai atas adalah rumah bagi ruang pameran dengan nuansa warna merah muda dan ungu, ruang kuliah berwarna merah dengan tempat duduk berundak, serta ruang pertemuan bernuansa netral, yang semuanya terhubung satu sama lain melalui teras-teras yang berbeda. Ada teras labirin yang berfungsi sebagai café luar ruangan, teras diskusi yang dilengkapi dengan perapian di tengahnya, serta teras bermain anak yang bernuansa jingga di dekat ruang pameran.



Leave a Reply