pOTENSI GENERASI MILLENNIAL DAN GEN-Z SEBAGAI PENCARI DAN PEMBELI PROPERTI SECARA DARING

Riset yang dilakukan perusahaan teknologi properti (PropTech), Lamudi, menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir, pencari properti didominasi oleh mereka yang berusia 25 sampai 34 tahun. Peringkat kedua adalah mereka yang berusia 18-24 tahun, diikuti oleh pencari properti berusia 35-44 tahun. Untuk membahas lebih jauh tentang momentum perubahan demografis dan munculnya fenomena unik di industri properti ini, Lamudi menggandeng Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP) Kementerian PUPR dalam diskusi bertema “Membuka Potensi Next-Gen Property Buyers” yang diadakan pada akhir Agustus lalu.

Dalam diskusi yang berlangsung daring ini, terkuak bahwa pencari properti berusia 18-24 tahun adalah mereka yang masih dalam tahap memantau, karena belum memiliki kekuatan finansial namun sudah punya keinginan untuk memiliki rumah sendiri. Berbeda dengan para pencari properti berusia 25-34 tahun yang cenderung lebih stabil secara finanisial, serta didorong urgensi untuk memiliki rumah sendiri bagi keluarga barunya. Sementara mereka yang berada di grup usia 35-44 tahun biasanya sudah memiliki rumah sendiri, berpengalaman dalam jual beli properti, hingga mencari properti untuk kebutuhan investasi.

POTENSI GENERASI MILLENNIAL DAN GEN-Z SEBAGAI PENCARI DAN PEMBELI PROPERTI SECARA DARING DSGNTALK RUMAH APARTEMEN TOWNHOUSE
Lamudi mengadakan diskusi bertajuk Diskusi Developer: Membuka Potensi Next-Gen Property Buyers.

“Melihat tren mengenai properti saat ini, sangat terlihat bahwa kepemilikan rumah atau properti bentuk lain adalah pencapaian yang membanggakan bagi generasi milenial. Bukan hal yang mudah untuk dicapai orang-orang seumurannya dan ini menjadi bentuk pembuktian diri atau self actualization,“ ujar VP Corporate Sales Lamudi.co.id Michael Ignetius Kauw dalam acara diskusi yang juga dihadiri oleh CEO Lamudi.co.id Mart Polman, Direktur Utama Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan Kementerian PUPR Prof. Dr. Ir. Arief Sabaruddin, CES, serta Marketing & Sales Division Head Alam Sutera, Wikhen Rusli.

Dalam diskusi tersebut juga dibahas tentang karakter millennial yang kadang punya prioritas mencari pengalaman dan kesenangan jangka pendek, dibanding memiliki properti. Tidak semua, namun cukup sering kita menemui rekan atau kerabat di sekitar kita yang mapan secara finansial, tapi belum memiliki rumah sendiri. Namun mereka sudah punya pengalaman tinggal di berbagai negara. Bukannya mereka tidak ingin punya rumah sendiri, namun mereka akan menjawab, “tidak untuk saat ini”.  

Direktur Utama PPDPP Kementerian PUPR, Arief Sabaruddin mengatakan bahwa pada dasarnya tidak sulit bagi kalangan milenial untuk mendapatkan rumah “Hal paling penting adalah adanya kemauan terlebih dahulu, sebab pemerintah sudah memberikan fasilitas khusus agar generasi ini bisa membiayai kepemilikan rumahnya. Sampai sekarang program rumah subsidi masih ada,” ujar Arief Sabaruddin. Ia juga mengungkapkan data dari Kementriat PUPR yang mencatat 617.425 unit tapak subsidi sudah terjual. Dari 109.253 ribu pendaftar rumah subsidi, 32,68 % adalah mereka yang berada di umur 26 sampai 30 tahun, diikuti oleh umur 19 sampai 25 tahun di 24,93 %.

POTENSI GENERASI MILLENNIAL DAN GEN-Z SEBAGAI PENCARI DAN PEMBELI PROPERTI SECARA DARING DSGNTALK RUMAH APARTEMEN TOWNHOUSE
Direktur Utama PPDPP Kementerian PUPR, Prof. Dr. Ir. Arief Sabaruddin (kanan) turut memberikan pandangan dalam diskusi bertajuk Diskusi Developer: “Membuka Potensi Next-Gen Property Buyers” yang diadakan oleh Lamudi.

Marketing & Sales Division Head Alam Sutera, Wikhen Rusli, juga punya pandangan tentang pencari properti dari kalangan millennial dan Gen-Z ini. Menurutnya, selera personal tentang rumah yang ‘keren’ dan artistik menurut mereka menjadi faktor penting sebelum akhirnya masuk ke faktor finansial. Mereka juga cenderung mencari properti secara daring.

Riset Lamudi.co.id menunjukkan hal serupa, bahwa pencarian properti oleh para milenial dan gen Z didominasi lewat smartphone, hingga hampir 95%. Hal ini menunjukkan bahwa kemudahan mendapatkan informasi mengenai properti secara daring menjadi semakin penting. Para pelaku properti pun harus mampu dan mau menyesuaikan dengan perkembangan ini. “Omni channel marketing sudah bukan lagi opsi melainkan keharusan untuk pemasar properti modern. Melampaui metrics tradisional dan membuktikan hasil bisnis nyata dengan menerapkan strategi berbasis data yang memiliki presisi lebih tinggi, ” tutup Michael.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a website or blog at WordPress.com

Up ↑

%d bloggers like this: