Sekilas bangunan bata merah itu terlihat kontras diapit oleh bangunan lain yang berwarna putih. Bangunan itu adalah Roly Poly, restoran, bar, dan ruang serbaguna milik Ottogi, salah satu perusahaan makanan terkenal di Korea Selatan. Dengan maksud untuk menyegarkan citra merek dan menjangkau pasar yang lebih luas, perusahaan tersebut membuat Roly Poly dengan bantuan Studiovase, biro arsitek asal Seoul.
Roly Poly berada di Nonhyeon-dong distrik Gangam-gu, Seoul, Korea Selatan. Lahan restoran seluas 1015 meter persegi ini seolah meliuk di antara dua gedung tinggi. Kunci desain Rolly Polly adalah bagaimana menggabungkan taman yang tersembunyi di antara dua bangunan, menciptakan hubungan antara ruang-ruang terbuka dan tertutup sehingga bisa menjadi wadah interaksi bagi pengunjung dalam tujuh tema yang berbeda.
Tujuh tema itu adalah Gua, Kubus, Lereng, Teduh, Taman, Hall, dan Sala.

Jika dilihat dari jalan utama, disebelah tangga bata ada pintu kaca di dalam ceruk yang dibentuk oleh dua dinding lengkung pada fasad. Pintu kaca berwarna kuning ini adalah pintu masuk ke salah satu area Rolly Polly yang dimaksud sebagai Gua.

Di samping pintu masuk Gua, ada tangga bata merah yang mengarah tepat ke pintu masuk gedung berwarna putih. Tapi itu bukan Roly Poly. Pengunjung harus minggir sedikit melalui lorong sempit untuk kemudian sampai ke halaman belakang yang luas sebagai area outdoor Roly Polly.


Bisa dibilang, halaman belakang atau Taman adalah tempat semua kesenangan berlangsung, inti dari proyek ini. Dari halaman belakang ini kita bisa melihat enam area dengan tema lainnya. Taman dengan kontur miring yang dimaksud dengan Lereng, adalah atap dari ruang Gua tadi.

Di hadapan Lereng ada deretan tempat duduk dalam naungan atap putih. Area ini yang dimaksud dengan Teduh. Di sampingnya ada ruang makan dalam bangunan berbentuk kotak. Area ini yang disebut Kubus.



Sala, atau living room, berada dalam bangunan dengan fasad yang ditutupi cakram-cakram berwarna kuning. Penataan interiornya dibuat dengan sofa-sofa besar dan rak buku di sepanjang dinding, layaknya living room di rumah.
Tema ruang yang terakhir adalah Hall. Ruangnya berukuran paling luas, menempati lantai dasar gedung di sebelahnya. Hall bisa digunakan untuk acara-acara yang melibatkan banyak orang seperti resepsi, pesta, atau acara kantor.

Studiovase menampilkan karakter perusahaan pada semua ruangan melalui pemakaian material dan warna. Bata merah sebagai material utama punya arti filosofis yang mendalam. Material ini adalah salah satu bahan bangunan paling dasar yang sejak lama digunakan. Hal ini menggambarkan nilai-nilai konservatif perusahaan yang masih tetap dipegang teguh hingga kini.
Bata merah juga biasa digunakan hanya dalam jumlah banyak dengan cara menyatukan batu demi batu. Hal ini menggambarkan bahwa perusahaan ini bisa besar dan tumbuh melalui proses dan melibatkan hal-hal terkecil sekalipun.
Studiovase juga menggunakan beberapa cara berbeda dalam menyusun keping-keping bata merah ini. Hal tersebut menggambarkan bagaimana perusahaan telah melakukan berbagai kinerja untuk tidak terjebak dalam konservatisme, namun mampu terus beradaptasi dalam koridor itu.

Masyarakat Korea Selatan sudah mengenal Ottogi dengan warna khas mereka, yaitu warna kuning. Namun Studiovase tidak mau secara berlebihan menampilkan warna tersebut. Maka kita bisa melihat warna kuning tampil dalam berbagai bentuk sebagai elemen ruang seperti kursi, sofa, aksen pada dinding dan lantai, meja taman, hingga fasad.



Leave a Reply