Arsitek Tony Sofian memugar sebuah hotel di Kalimantan, tepatnya di Tanjung Redeb, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Kota ini dapat diakses 30 menit dari Bandara Kalimarau, bandara yang punya landasan pacu cukup besar untuk jenis pesawat hingga Boeing 737-200. Mayoritas penduduk Berau bekerja di sektor pertambangan, pedagang atau buruh perkebunan sawit (di daerah Sajau). Karena itu, kota yang sedang berkembang ini memerlukan fasilitas dan jasa untuk para pengunjung yang datang berbisnis atau para pelancong yang transit, sebelum berwisata ke Kepulauan Derawan dan sekitarnya.
Hotel Bumi Segah (HBS) merupakan proyek renovasi oleh oleh Tony Sofian, pendiri TSDS Interior Architects. Sedangkan HBS-E atau HBS Extension serta villa merupakan bangunan tambahan untuk HBS. Wilayah Tanjung Redeb sebelumnya merupakan daerah rawa, sehingga sebagian tanah di area HBS merupakan tanah gambut. Jika di Jakarta, pemasangan tiang pancang bisa hanya 6 meter, tiang pancang di lokasi HBS berkisar 9 hingga 28 meter. Tepat di depan lokasi terdapat Sungai Segah yang berukuran cukup besar.

Proses pembangunan HBS agak berbeda dari konstruksi di pulau lain. Dikarenakan kondisi tanah gambutnya, tiang pancang sebagai pondasi harus ditancapkan hingga kedalaman 28 meter ke bawah tanah. Pemilihan material tiang pancang dengan sistem hidrolik karena alasan kekuatan dan daya tahan, serta tidak menimbulkan getaran pada bangunan lama didekatnya. Tidak ada potensi gempa bumi di daerah Berau, hanya gaya puntir angin yang mungkin menjadi bahan pemikiran bagi para arsitek dan pembangun lain pula saat membangun. Struktur beton diberlakukan karena alasan kekuatan serta terbatasnya akses material baja untuk masuk ke Kalimantan Timur dari Jakarta atau Surabaya.

Dalam prosesnya mendesain HBS, TSDS harus mengatasi kendala-kendala lain di lapangan seperti; lamanya mobilisasi material struktur pancang untuk sampai dari Jawa atau daerah lain, sulitnya mendapatkan air karena tak tersedianya air tanah walau telah dicari hingga kedalaman 180 meter – sehingga harus mengolah air dari Sungai Segah di depan hotel, serta terbatasnya sumber tenaga listrik sehingga diperlukan penunjang listrik seperti genset. Selain itu, kegiatan operasional hotel harus tetap berjalan selama proses pembangunan gedung extension ini berjalan.
HBS memiliki 35 kamar di bangunannya yang pertama. HBS-E terdiri atas 25 kamar, sedangkan guest house terdiri dari 5 villa dengan plunge pool di tengahnya.




Fasilitas seperti spa, gym serta tambahan restoran dan meeting room juga kemudian didesain untuk melengkapi fasilitas di HBS. Pemilik hotel meminta TSDS untuk merancang suasana hotel yang lebih modern, elegan dan tertata, berstandar internasional. Termasuk dengan meningkatkan kenyamanan sirkulasi ballroom bagi pengunjung dan pekerja HBS sendiri, terutama soal sirkulasi area penunjang hingga area pengguna.
TSDS juga menggubah konsep restoran agar memberikan sensasi baru bagi pengunjung. Konsep open kitchen, memungkinkan pengunjung menyaksikan proses pembuatan makanan yang disajikan.

Material dominan yang digunakan adalah kayu lokal maupun impor, baja atau besi, serta batu alam yaitu marmer. Palet warna yang digunakan berkisar dari putih, krem, abu â abu, serta coklat dan hitam.

Pemanfaatan kayu cukup banyak, terutama kayu local yaitu kayu Bengkirai, untuk menunjukan identitas Kalimantan dan Indonesia. Desain TSDS untuk HBS tidak banyak menggunakan bentuk ornamen yang literal, tapi simbolis, seperti penggunaan bentuk anyaman suku Dayak di panel kayu serta panel dinding lain.
Selain itu, banyak ukiran serta hasil karya Indonesia lainnya dipajang pada rak-rak kayu-marmer yang ditunjang dengan pencahayaan, di restoran serta koridor-koridor. Dinding bata digunakan karena kekuatannya serta adanya masyarakat sekitar yang memiliki profesi produsen bata lokal dengan teknis plaster manual. Dengan penggunaan bata dan plaster, terdapat kemungkinan adanya penampakan retak rambut pada tembok, sehingga untuk meminimalisir penampilan tersebut, digunakan special paint.

TSDS menampilkan beberapa fitur desain di HBS. Detail fasad kayu serta pencahayaannya terlihat bagus terutama saat malam hari.

Penggunaan kursi dari batu marmer di lobi hotel menambah keindahan visual pada tampilan hotel, dengan warna hitamnya yang harmoni dengan warna putih marmer, kayu serta pencahayaan lobi.

Penataan pajangan ukiran maupun alat makan di restoran juga tak luput dari perhatian desainer TSDS, memberikan sebuah suasana yang hangat saat makan serta cocok untuk difoto dan dipampang di media sosial. TSDS banyak menampilkan material sejujurnya, tampilan serat kayu serta urat marmer yang indah menemani hari-hari para pengunjung hotel.



Proyek : Hotel Bumi Segah
Lokasi : Berau, Kalimantan Timur
Arsitek : Tony Sofian (TSDS Interior Architecture)
Photography by : Mario Wibowo, TSDS
Great post đ
LikeLiked by 1 person
Thanks boss
LikeLike