Kantor ini memenangkan HDII (Himpunan Desainer Interior Indonesia) Award 2017 untuk kategori Best Working Space Design. Biro desain PAI merancang ruang kerja mereka sendiri yang berada di lantai 21 sebuah gedung perkantoran di Jakarta Selatan. Salah satu Principal dan founder mereka, Lanny M Ridjab bercerita tentang kantor yang mereka tempati sejak 2014.
Konsultan arsitektur dan interior PAI Design sudah berdiri lebih dari 30 tahun. Bahkan mantan karyawan mereka sudah menjadi tokoh berpengaruh di bidangnya. Sebut saja arsitek Irianto Purnomohadi, Ketua IAI Nasional Ahmad Djuhara, Wendy Djuhara, juga desainer interior Prasethio Budi. Sampai saat ini proyek-proyek PAI masih didominasi hunian mewah. Itu juga menjadi salah satu pertimbangan mereka memilih lokasi yang dekat ke Jakarta Pusat, tempat sebagian klien mereka berada.

“Setiap kantor itu punya ‘nafas’. Saya bisa tahu karakter pemimpinnya dengan melihat ruang-ruang di kantor tersebut,” ujar Lanny M Ridjab yang memimpin PAI bersama Thomas Elliott. Mereka ingin menciptakan ruang kerja yang dinamis dan efisien menampung jumlah karyawan yang banyak. Gaya yang dipilih adalah modern industrial. Sekilas terlihat seperti loft, yang membuat kita lupa kalau ruang ini bagian dari gedung perkantoran. Material yang digunakan tidak banyak macam, sebagian besar kayu, besi,dan batu bata. Tanpa pintu masuk, kantor ini seolah mengundang tamu untuk datang menghampirinya.

“Layout-nya berbeda dengan kebanyakan ruang kantor pada gedung. Kami memiliki split level agar kapasitasnya lebih banyak. Bagian bawah panggung difungsikan sebagai tempat penyimpanan. Beberapa titik berkumpul disediakan untuk menunjang keperluan koordinasi dan komunikasi antar tim. Salah satunya kami sebut alun-alun. Letaknya di tengah-tengah area kerja. Tempat ini bisa digunakan untuk meeting informal, koordinasi, makan siang, hingga merayakan ulang tahun,” jelas Lanny.

Setiap area harus bisa melihat kondisi di luar ruangan melalui jendela. Ruang-ruang direksi dan manager yang berada di pinggir jendela memiliki dinding kaca ke bagian dalam. “Jadi ruang tengah tetap dapat cahaya dan bisa melihat suasana di luar, apakah terang, gelap, hujan, panas, sudah malam, dan sebagainya,” jelas wanita lulusan arsitek Universitas Tarumanegara ini. Bahkan bidang cermin dipasang di depan meja karyawan yang duduknya menghadap ke dinding core gedung. “Minimal delapan jam sehari kita habiskan di kantor. Bayangkan kalau karyawan tidak bisa interaksi dengan alam sama sekali selama itu,” tambah dia.

Bukan hanya untuk karyawannya, PAI juga menghadirkan ‘jendela’ untuk setiap orang yang ada di lift lobby lantai 21. Sebuah celah sengaja dibuat dipinggir ruang meeting untuk ‘meneruskan’ jendela di pinggir ruangan. Jadi setiap orang yang menunggu lift bisa tahu kondisi di luar gedung. Musholla, gudang, pantry dan ruang server ditempatkan dekat core bangunan sehingga tidak menghalangi cahaya alami ke area-area kerja.

Leave a Reply