BUKAN PILPRES, RIDWAN KAMIL BICARA SOAL KOTA, ANAK MUDA, DAN KREATIVITAS

Sosok Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, begitu identik dengan kota Bandung. Kang Emil seolah mewakili imej Bandung yang cerdas dan kreatif. Latar belakang sebagai arsitek profesional dan mantan ketua Bandung Creativity City Forum, memberi wajah baru seorang birokrat yang memimpin dengan pendekatan berbeda, melalui kreativitas.

Seperti apa Anda melihat pesatnya kemajuan Bandung sebagai destinasi wisata akhir pekan?

Sejak zaman dulu, kota ini sudah menjadi tujuan pelesir orang-orang Belanda, para pemilik perkebunan. Karenanya muncul julukan Parijs van Java dari mereka. Bandung lalu semakin berkembang, orang-orang Jakarta berkendara 5-6 jam melalui jalur puncak untuk sampai di sini. Kemudian ada kereta api yang mempersingkat waktu tempuh menjadi 3 jam saja. Sampai akhirnya dibangun tol Cipularang yang bisa membuat Bandung bisa ditempuh hanya 2-2,5 jam saja dari Jakarta. Aksesibilitas ini berdampak langsung pada perkembangan pariwisata Bandung. Contohnya hotel. Dulu sebelum ada tol Cipularang, Bandung memiliki 200-an hotel. Setelah ada tol, jumlahnya meningkat dua kali lipat. Nah, banyaknya wisatawan yang datang menjadikan Bandung sebagai destinasi wisata perkotaan nomor satu di Indonesia. Turis-turis itu menginap, berbelanja, membeli makanan, dan mencari hiburan. Maka ekonomi pariwisata pun berkembang, bisnis perhotelan, pusat belanja, restoran, transportasi, dan tempat wisata. Hal ini mengubah fisik kota Bandung. Belum lagi bandara dan nanti ada kereta api cepat Jakarta-Bandung.

Apakah perubahan itu berdampak pada arsitektur kota, terutama bangunan-bangunan tua di Bandung?

Ada beberapa konsep pusat perbelanjaan yang baru di Bandung, atau konversi bangunan lama menjadi bangunan baru. Bandung memiliki tim cagar budaya yang mengawasi soal bangunan lama ini. Kalau hanya mengkonversi bangunan rumah lama menjadi restoran misalnya, tidak apa-apa. Akan jadi masalah jika bangunan lama itu dihancurkan untuk menjadi bangunan baru dengan fungsi baru. Perubahan fisik tadi lahir karena, bisa dibilang, faktor dari luar Bandung.

Adakah faktor dari dalam yang (juga) membentuk kota ini?

Enam puluh persen penduduk Bandung adalah anak muda. Ditambah, anak muda ini punya hobi nongkrong. Karena sering nongkrong, sering ketemu, lahirlah gagasan, perdebatan, dan dialog. Mereka yang merasa nyambung lalu bikin usaha bersama. Banyak terjadi adalah hobinomics. Berawal dari hobi, lalu mereka melihat ada peluang mendapatkan keuntungan ekonomi. Misalnya yang hobi main skateboard. Mereka sering nongkrong bareng. Lalu mereka bikin baju dan aksesori yang berhubungan dengan hobi mereka dan bisa dijual. Komunitas seperti ini banyak sekali di Bandung. Ada pengaruh dari keberadaan kampus-kampus di Bandung? Mereka ‘menyediakan’ anak-anak muda tadi.

Apakah hal itu yang menyebabkan Bandung identik sebagai kota kreatif?

‘Rumus matematikanya’ begini; Semakin banyak atau sering berinteraksi, semakin banyak lahir kreativitas. Semakin jarang berinteraksi, semakin sedikit kreativitas. Karena itu saya perbanyak tempat-tempat nongkrong. Pusat kreatif, taman-taman, supaya anak-anak muda ini semakin sering berinteraksi.

Kreativitas yang lahir spontan saat kumpul-kumpul?

Dulu terkesan spontan karena negara tidak turun tangan. Negara tidak mengerti apa yang mereka butuhkan. Di dalam keterbatasan pun anak muda Bandung bisa beradaptasi. Energinya berlebihan, wadahnya kurang, mereka mencari jalan sendiri. Nah, kalau sekarang aktivis kreatif itu menjadi pimpinan pemerintahan daerah, masak negara masih belum terlibat? Energi mereka (kaum muda) itu berlebih. Tidak perlu diatur, cukup disalurkan saja. Tugas saya menyeimbangkan energi anak muda ini dengan wadahnya. Bandung nanti akan punya gedung creative centre, lima lantai yang cukup keren. Kita (Bandung) juga punya brand “Little Bandung” yang menampilkan produk-produk kreatif terbaik kota Bandung, sudah hadir di Paris dan akan membuka flag store di Malaysia. Lalu kita dibantu Facebook untuk membuat Little Bandung Online Store. Bandung kota pertama di Asean yang memiliki business page. Saya ingin kreativitas Bandung go international.

Apakah pendekatan tersebut bisa diterapkan di kota-kota lain?

Belum tentu. Tidak semua kota bisa jadi kota kreatif, apalagi kalau jumlah anak mudanya sedikit. Kota yang tidak banyak anak mudanya biasanya gagasannya kurang eksperimental, akhirnya malah jadi sentra industri.

Salah satu kota yang menurut kami kreatif adalah Jogja. Menurut Anda?

Betul. Jogja memang sangat mirip dengan Bandung. Bedanya, Jogja itu kental pengaruh budaya Jawa-nya, sementara Bandung tidak kental Sunda-nya. Jogja merupakan pusat kerajaan Jawa, sementara Bandung adalah kota baru yang bukan bekas wilayah pusat kerajaan Sunda.

Memangnya apa pengaruh kultur terhadap kreativitas Bandung?

Bandung tercatat memiliki 33 perkumpulan dari berbagai etnis. Semua berbaur di Bandung yang secara geografis berada di dataran tinggi. ‘Kultur orang gunung’ yang hidup dengan suhu sejuk ini biasanya lebih kalem, santai, dan santun. Itu sebabnya anak-anak muda yang tinggal di Bandung cenderung mudah berbagi, termasuk soal ide dan kreativitas. Karena itu ide-idenya bisa semakin liar dan lebih cepat diwujudkan. Ukuran kotanya yang tidak terlalu luas juga menjadi keuntungan karena memudahkan kita untuk bertemu dan berinteraksi.

Tanpa latar sejarah budaya Sunda yang kuat, secara fisik, apa ciri kota Bandung?

Bandung adalah kota dengan koleksi bangunan art deco-nya paling banyak sedunia. Kalau wisata arsitektur, ya arsitektur art deco atau kolonial. Misalnya gedung UPI (Universitas Pendidikan Indonesia),Villa Isola, Gedung Asia Afrika, Gedung Sate, hingga rumah-rumah tinggal. Bangunan-bangunan baru belum banyak memberi ciri. Dominasinya masih kolonial.

 

Ilustrasi oleh: @anungideas -https://www.instagram.com/anungideas/

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a website or blog at WordPress.com

Up ↑

%d bloggers like this: