Arsitek Irianto Purnomohadi, Principal dari Antara Architect, membentuk ruang hidup kliennya melalui pengolahan layout ruang yang begitu cair. Batasan ruang dalam dan ruang luar, bahkan batasan dengan lingkungannya, menjadi samar karena keberadaan ‘ruang-ruang antara’ yang dirancang dan dieksekusi dengan baik. Ruang-ruang antara tanpa dinding ini kemudian malah menjadi area favorit penghuni dan para tamu yang datang, bersaing dengan kenyamanan interiornya yang menawarkan nuansa modern.
Dari depan, rumah ini tampil layaknya benteng yang kokoh dengan deretan batu granit besar pada dinding fasad. Kesan pertama yang masif juga ditampilkan pada pintu masuk yang terbuat dari kayu solid. Namun di balik pintu itu, massa bangunan terpecah menjadi beberapa bagian, membentuk ruang-ruang terbuka di antaranya. “Klien memiliki tanah yang luas dan dia ingin rumah modern di atasnya. Lalu saya susun organisasi ruangnya, padukan dengan data yang dia punya, dan dia setuju,” jelas Irianto Purnomohadi arsitek yang menjadi salah satu penggagas lahirnya Arsitek Muda Indonesia (AMI) pada akhir tahun 80-an.

Kondisi lahan dan alam sekitarnya juga mengundang Irianto untuk lebih banyak melibatkan berbagai elemen asli di proyek ini. Pohon-pohon yang ada di lahan dibiarkan tumbuh, tidak ditebang. Keberadaan pohon-pohon ini akan selalu mengingatkan penghuni bahwa rumahnya adalah bagian tidak terpisahkan dari lingkungan sekitarnya. “Saya membuat hubungan interior dan eksterior yang lebih cair. Tidak terlalu jelas batasnya. Ketidakjelasan itu membuat bangunan yang sebenarnya simetris ini tidak terasa kaku,” jelas Irianto. Hal itu membuat rumah ini menyajikan banyak pengalaman ruang berbeda, dari mulai pintu masuk hingga teras belakang yang menghadap lapangan golf, yang terasa sebagai bagian dari halaman rumah.

Pada salah satu area, dua massa bangunan terpisah dihubungkan dengan atap yang tinggi. Ruang tanpa dinding di bawah atap ini kemudian menjadi tempat duduk-duduk favorit penghuni ataupun tamunya.

Dinding kaca yang membatasi ruang-ruang lain di dekatnya membuat batas interior-eksterior menjadi samar. Seolah ruang duduk dengan sofa-sofa besar ini masih bagian dari interior.

Namun ketiadaan dinding dan atap yang sangat tinggi, menguatkan perasaan berada di luar ruangan, menghirup udara yang sama yang berhembus melintasi kolam renang, pohon-pohon besar, dan hamparan rumput lapangan golf di kejauhan. Bila biasanya kita merasa insecure saat berada di ruang luar pada malam hari, tidak demikian di tempat ini. Masih ada beberapa ruang luar seperti ini. Ada yang atapnya rendah, atapnya tinggi, atau tanpa atap. Kombinasi semuanya membuat liukkan alur sirkulasinya bukan hanya terasa secara horisontal karena layout ruang, namun juga vertikal.



Karena Irianto membuat organisasi ruang begitu cair dan menyebar, timbul kesan elemen arsitektur yang digunakan banyak. Padahal Irianto hanya menggunakan empat elemen. Warna putih pada dinding menjadi latar belakang. Empat buah box berwarna tembaga pada bangunan menjadi fitur yang ingin ditampilkan. Warna hijau dari pohon-pohon dan tumbuhan di taman menjadi pengisinya. Sebagai alasnya adalah lantai berwarna abu-abu gelap. Bidang-bidang kaca menjadi tabir-tabir tembus cahaya sebagai garnish yang menghiasinya.

Barbie mulai fakir stok tulisan –_____–
LikeLike
pdf kan banyak tuh, aman atuh.
LikeLike