Studio arsitektur asal Belanda, Mecanoo, merancang sebuah pusat pertunjukan seni di Kaohsiung, Taiwan. Di bawah satu atap yang sangat besar, bangunan seluas 141.000 meter persegi ini menampung fungsi lima panggung pertunjukan seni. Inspirasinya diambil dari pohon Ara (Banyan tree) yang punya dahan-dahan melebar, membentuk kanopi dengan daun-daunnya. Pertengahan Oktober lalu, gedung yang bernama National Kaohsiung Center for the Arts (Weiwuying) ini mengadakan pesta pembukaannya yang meriah.
Lahan yang ditempati Weiwuying adalah sebuah taman subtropis seluas 470.000 meter persegi yang dulunya digunakan untuk tempat latihan militer. Weiwuying juga menjadi simbol transformasi kota Kaohsiung, dari sebuah kota pelabuhan yang sibuk, menjadi kota multikultur yang modern dengan iklim keberagaman penduduknya yang berjumlah hampir tiga juta jiwa.


Bentuk pohon Ara sendiri menggambarkan respon terhadap iklim setempat. Dahan-dahan yang tumbuh melebar membentuk peneduh dari panas matahari dan hujan, namun udara tetap bisa mengalir menembusnya. Struktur baja yang melengkung dikerjakan oleh pembuat kapal asal Belanda yang bekerja sama dengan pembuat kapal lokal.
Struktur bergelombang ini membentuk kulit dan atap yang mewadahi fungsi-fungsi di bawahnya. Salah satunya adalah Banyan Plaza, area publik yang luas, yang bisa digunakan warga untuk berlatih Tai Chi, pertunjukan jalanan, atau kegiatan-kegiatan lain yang biasa mereka lakukan di taman kota. Tidak seperti taman kota yang benar-benar terbuka, Banyan Plaza punya atap sehingga warga bisa datang kapan saja, baik panas ataupun hujan.


Sebuah theatre terbuka berada pada salah satu sisi bangunan yang atapnya melengkung hingga ke tanah. Dengan mempertimbangkan iklim subtropis, struktur-struktur yang terbuka dirancang agar memungkinkan angin berhembus melewatinya melalui Banyan Plaza.





Gw tahu knp nulis ini, pasti karena pohon ara
LikeLike
Sekali kali nepotisme ah.
LikeLike