Budiman Ong menyelesaikan pendidikannya di Gray’s School of Art, Robert Gordon University di Skotlandia. Selepas kuliah ia kembali ke Indonesia, bekerja di divisi lifestyle John Hardy (Perusahaan perhiasan dan aksesori gaya hidup) selama enam tahun. Baru pada tahun 2008 ia mendirikan biro desain sendiri yang bermarkas di Bali. Tertarik dan penasaran dengan lampu-lampunya yang unik, kami mewawancarai Budiman pada sebuah pameran yang ia ikuti beberapa tahun lalu. Ternyata semua berawal dari melipat-lipat kertas.
– Sejak kapan Anda suka ‘bermain’ dengan kertas?
Dari kecil saya sudah suka bermain dengan kertas. Ketika itu saya sering berpartisipasi dalam melipat kertas untuk ornamen-ornamen yang digunakan pada perayaan hari besar kebudayaan Cina.
– Adakah jenis kertas tertentu yang (mungkin karena karakter kekakuannya) menjadi favorit Anda?
Kertas apa saja biasanya sangat bagus untuk dijadikan kap lampu. Bahkan kertas HVS biasa. Kertas memiliki kualitas dan karakter tertentu yang tidak bisa digantikan oleh bahan lain. Mungkin karena kertas agak tembus cahaya, dan serat bahan kertas yang terlihat sewaktu diposisikan di depan lampu bisa menambah estetika.
– Mengapa hasil-hasil lipatan itu diberi wujud sebagai lampu?
Saya senang lampu. Lampu itu unik. Untuk hunian sangat membantu. Ketika ada lampu, langsung kesannya beda. Glow-nya beda.
– Mungkin dipengaruhi jenis dan kualitas lampunya?
Tidak selalu. Lampu yang kita gunakan standar saja. Saya suka yang agak kekuningan dengan temperatur sekitar 3000 Kelvin



– Ceritakan sedikit apa yang Anda dapat dari (bersekolah di) Skotlandia?
Saya kuliah selama empat tahun, selesai tahun 2001. Di sana kami diajarkan membuat barang, dan lebih ditanamkan pemikiran di belakangnya/konsepnya. Jadi dasarnya dibina dengan bagus. Satu angkatan hanya 15 orang. Tahun pertama kami mendapat kuliah seni, melukis dan skulptur. Seperti kuliah dasar. Ada proyek harian, tiga bulanan, hingga satu tahun. Siswa diberi kebebasan soal jam kuliah, yang penting setiap tiga bulan bertemu untuk mengevaluasi kemajuan proyeknya. Semua menuntut inisiatif kita. Kita harus menjelaskan barang yang kita buat. Selama benda itu masuk akal dan bisa dimengerti, mereka akan setuju.
– Jika melihat Anda mendesain, sepertinya bermain-main dengan kertas dalam waktu yang lama bukan sebuah ‘pekerjaan’ bagi Anda. Pernahkan Anda merasa dalam tekanan pada sebuah proyek?
Tekanan selalu ada dalam proyek. Menurut saya tekanan itu penting karena membuat kita lebih terpacu untuk membuat sesuatu yang disukai, berkualitas, dan bisa selesai dalam tenggat waktu yang ada.



– Seberapa besar porsi sketsa/gambar (2 dimensi) dalam proses desain yang Anda lakukan?
Sketsa /gambar mungkin hanya lima persen dari proses desain kita. Itupun berupa gambar teknik, sebagai panduan produksi. Saya dan tim lebih memilih untuk langsung bereksperimen dengan bahan agar kita lebih mengerti karakter bahan tersebut. Pada akhirnya akan berperan dalam bentuk akhir produk.
– Pernah kehabisan ide?
Kadang-kadang ide datang dengan sangat cepat. Tapi ada waktunya saya tidak mendapat ide baru atau eksperimen tidak berhasil. Kalau dipikirkan lagi, ide itu datang saat kami bereksperimen dengan bahan. Sedangkan bahan yang kami pergunakan sekarang hanya segelintir dari bahan-bahan lain yang tersedia. Jadi sebenarnya ide yang belum kami kembangkan masih sangat banyak.
– Apa yang Anda lakukan kemudian?
Sewaktu ide tidak ada atau tidak berjalan sesuai keinginan, saya mencoba melangkah keluar dari lingkup ide itu dan mengerjakan kegiatan lain. Biasanya seiring waktu, ada ide lain yang lebih bagus atau terpikirkan cara baru untuk membuat ide itu berhasil.



– Pernahkah terpikir lampu Anda tergantung sebagai elemen utama pada interior bangunan seperti Istana negara atau rumah ibadah?
Untuk lampu kami, terutama dari koleksi ALUR (yang terbuat dari resleting), sangat bisa dijadikan instalasi. Sampai saat ini instalasi terbesar kami sebanyak 36 buah lampu gantung. Jika mendapatkan tempat megah dengan langit langit yang sangat tinggi, akan membuat instalasi lampu ini semakin istimewa.
– Di mana Anda merasa lebih nyaman saat mendesain, pegunungan yang dan dingin atau pantai yang hangat?
Pantai!
– Lalu apa yang Anda lakukan untuk bersenang-senang di waktu luang Anda?
Saya senang membawa anjing-anjing saya jalan-jalan ke pantai saat matahari terbenam.
– Siapa desainer yang ada ‘di depan Anda’ saat menatap masa depan?
Saya sangat senang dengan perkerjaan Isamo Noguchi, sculptor/designer lampu dari Jepang, juga desainer lampu dari Jerman, Ingo Maurer.



– Beberapa desainer sering bekerja hingga lewat malam hari. Apakah Anda punya cara/kebiasaan yang sama? Apa cara Anda agar tetap segar esok hari ?
Ya, kami kadang juga lembur sampai larut malam. Tapi saya seseorang yang juga mengapresiasi istirahat. Jadi istirahat yang cukup sangat penting bagi saya. Malah saya biasanya bekerja lebih efektif di pagi hari dibanding pada waktu malam.
Bila lampu-lampu Budiman tadi berkesan buat Anda, datang langsung ke workshop mereka di daerah Kuta Bali pada 7 Oktober ini. Budiman akan berbagi ilmu dan keterampilannya sebagai fasilitator dalam acara Artisanal Inititive. Acara akan berlangsung seharian, dari pagi hingga sore. Sampai bertemu di Bali!

Leave a Reply