Bandung punya banyak orang kreatif di bidangnya masing-masing. Tapi ketika saya membaca kata ‘Bandung’ dan ‘Kreatif’ diletakkan berdekatan, yang terlintas di benak saya sesosok om-om bercelana pendek dengan senyumnya yang ramah. Dendy Darman. Om Dendy bukan lulusan arsitek. Ia lebih dulu dikenal sebagai desainer grafis. Tapi ia bisa merancang rumah dengan caranya. Hasilnya luar biasa. HABA House bukan proyek terbaru, tapi jelas salah satu yang paling ikonik.
“Bila harus memilih mana yang lebih utama antara fungsi dan desain, saya akan memilih desain,” ujarnya Dendy santai. Termasuk soal interior yang ‘dibuat’ mendahului bangunannya. “Saya mendesain rumah dengan bentuk seperti ini untuk mewadahi desain interior yang sudah ada di kepala saya, serta pertimbangan kondisi lahan,” tambahnya. Beruntung ia memiliki tim beranggotakan sarjana arsitektur dan desain interior yang mampu mengikuti cara berpikirnya.

“Saya seorang desainer grafis. Jadi saya membuat rumah dan isinya berdasarkan ‘kacamata’ yang cenderung dua dimensi. Wajar kalo banyak kaidah arsitektur yang (sengaja) tidak saya terapkan,” seloroh desainer lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung ini.
Lebar rumah ini hanya empat meter dan panjang sepuluh meter. Terdengar sempit, namun percayalah, tidak terasa saat berada di dalamnya. Dendy menggunakan dimensinya sendiri dalam merancang furnitur pengisi rumah ini. Semua disesuaikan dengan ukuran ruang yang kecil. “Saya banyak belajar soal dimensi furnitur untuk ruang terbatas dari desainer Jepang. Mereka sudah terbiasa dengan hunian kompak yang fungsional,” ujarnya. Ruang berbentuk memanjang memuat ruang keluarga, dapur bersih, dan ruang makan dalam luasan 40 meter persegi. “Saya menambahkan profil pada dinding ruang keluarga untuk memberi kesan hangat yang membedakannya dengan ruang lain. Untuk warna saya memilih warna-warna seperti hitam, putih, abu-abu, coklat, dan warna alam lain,” terang Dendy yang mengasumsikan rumah seperti kertas kosong yang akan diwarnai oleh penghuni.
Tidak heran bila meja makan yang memiliki akses ke balkon adalah tempat paling enak untuk melakukan kegiatan apa saja. Pintu kaca lebar memungkinkan kita melihat deretan pohon-pohon besar, seolah tidak berada di tengah kota. Di balik dinding meja makan terdapat tangga ke lantai dua. Dendy membuat lantai dua sebagai attic yang luas. Dindingnya dilapisi penutup atap pada sisi luar. Hasilnya bisa dilihat pada fasad yang unik.
Om Dendy ingin mendapatkan imej rumah pedesaan di Eropa pada HABA House. Mungkin ia terinspirasi suasana Bandung yang sejuk dan pepohonan rimbun di belakang lahan. Kontur jalan yang lebih tinggi dari halaman belakang dimanfaatkan untuk menciptakan pengalaman ruang yang berbeda. Ketinggian pintu masuk seolah tidak biasa. Padahal itu hanya ilusi bidang yang diciptakan untuk mengejar proporsi dengan fasad. Tepat setelah naik tangga ke pintu masuk, ada pintu lagi yang dibaliknya terdapat tangga menurun. Umumnya pintu dan tangga di posisi ini merupakan akses ke area servis seperti garasi. Namun Dendy malah membuat kamar tidur utama di bawah sana. “Kontur yang satu level dengan halaman belakang menjadi keuntungan bagi kamar tidur utama. Dari sini penghuni bisa langsung menikmati halaman belakangnya yang luas,” jelas si Om.

Leave a Reply